afforisma

"just my soliloquy for may be something in between"

Pages

My Blog List

Soz dan Nyanyian Waktu




Aku derita maupun penawar
Kesederhanaan maupun kemegahan
Aku pedang yang menghancurkan


Sir, engkau adalah kesendirian. Namun bukan sendiri yang akan membawa pada sepi, melainkan kedirian dan keabadian. Tuhan bagimu, tak hanya tentang apa yang manusia harus lakukan. Tapi juga tentang apa yang harus mereka resapi, dan renungkan.

Aku mata air kekekalan
Aku api yang membinasakan
Aku taman kebaqaan


Engkau hadirkan lagi apa yang telah dikatakan sebagai omong kosong. Tak berguna dan harus disingkirkan. Engkau melawannya, tapi tidak dengan serapah. Karena yakinmu, cacian emosional dan sebutan kafir untuk oposan hanya pantas dilakukan oleh mereka yang banal, bebal, dan nyaman dalam kemandegan.

Pertentanganku nyata
(Anggaplah itu tipu-muslihat):


Mark kau sebut nabi tanpa Jibril. Ia sepertinya memang menangkap pesan, namun tak sempurna. Atau mungkin juga karena engkau memang yakin tak ada yang namanya pertentangan dan determinisme. Malaikat tak mungkin menyampaikan wahyu yang seperti itu.

Berubah selalu, diam senantiasa
Tak berubah dalam dada yang berubah


Engkau percaya keberadaan tak mengharuskan adanya pertentangan. Imanen tak selamanya berlawanan dengan transenden, deistis bisa melebur dengan panteis, dan yang sakral bisa sejalan dengan yang profan. Kebenaran bukan tentang dari mana ia berasal, tapi dari kesungguhan dan ketekunan pencarian. Tak ada akhir, karena perjalanan mencari memang harus abadi.

Seperti jiwa manusia aku tak terikat
Pada lambang-lambang bilangan-


Pesanmu mengisyaratkan manusia harus beranjak mencarinya. Namun sekuat apapun sayap tak akan pernah bisa mengepak sendirian dan dalam kehampaan. Pikiran bukan pelayan ajaran, engkau membiarkan iman untuk tetap menjadi percaya. Namun, sekedar sebagai titik awal. Untuk dilanjutkan dengan terus berjalan, sepahit apapun anggapan. Karena tugas mencari adalah misi suci, tak sekedar menyemat apa-apa yang telah menjadi keyakinan bagi kebanyakan.

Aku tak terikat pada masa dan keluasan
Pada pergantian dan tahun kabisat


Kant mengajarimu banyak hal. Benda membutuhkan ruang, perubahan ruang membutuhkan waktu, dan keduanya bukan realitas obyektif. Manusia berhak menafsirkannya. Namun ada juga hal yang kau mengelaknya, dunia tak sebatas fenomena. Manusia tak bisa tak peduli dan melarikan diri dari noumena. Benda-benda dalam dirinya sendiri itu harus tetap dicari, dengan intuisi. Itulah perjalanan yang akan mengantarkan kita melintas batas dimensi, ruang tanpa batas dan waktu tanpa partisi.

Kau adalah rahasia terpendam dalam dirimu
Aku adalah rahasia dari wujudmu


Dari Mark dan Kant engkau simpulkan, ajaran tak sekedar fiksi atau melankoli. Lebih dekat pada pencarian ketimbang penderitaan atau penebusan. Tuhan maha berkehendak, tapi hubungan dengan manusia bukan seperti antara majikan dengan budak. Zos^ menempatkan kehendak sebagai pilihan. Tuhan bukan penulis cerita, ia memberikan pena dan kita yang harus melanjutkannya.

Aku hidup karena kau memiliki jiwa
Dan tempat tinggalku adalah kesendirian jiwamu


(afz)